Awal kisah dimulai dari keluarga Bapak FX.Ngatidjan Hadisuwarno yang merantau ke kota Tangerang di tahun 1975. dengan alasan, mbah wasto, meminta kepada mbah supi untuk pergi yang jauh, dengan mengatakan satu hal ini "mbok yo do pindah seng adoh, ben aku nek nengok putu2 sing adoh numpak kreto opo bis, ora ming 5 menit tekan" ucapan adalah doa, apalagi itu adalah doa orang tua, begitulah awal mula mbah supi akhirnya pergi merantau ke tangerang karena dibantu tetangga yg mengajaknya ke tangerang.
pertamanya mbah supi membuka warung makan di kantin PT. Guna Jaya (pabrik goni) selain gudeg juga sayur mayur lainnya. selama kurang lebih 5 tahun. Masa-masa itu, mungkin masih banyak saat ini, karyawan2 banyak yang berhutang di warung, karena tidak ada kerjasama antara pihak perusahaan dan para pengusaha kantin. sehingga tidak menghasilkan atau tidak mendapatkan keuntungan berjualan di kantin tersebut.penampakannya seperti ini :
*maaf ini foto memang sudah sangat laaammmaaaa,
Tahun 1980, Perumnas dibangun, akhirnya mereka pindah tepatnya di Jl. sawo 4 No. 117 Perumnas 1 Tangerang. saat itu sawo raya belom dibangun, sehingga dapur tampak dari sawo raya.
simbah berjualan di pasar bayem saat itu tetapi pembeli banyak yang membeli langsung dari dapur di jalan sawo. menarik bukan? mirip dengan gudeg pawon yang di jogja dan sangat2 terkenal.
entah bagaimana ceritanya, akhirnya mbah supi dan karyawan serta anak2 bekerja membantu berjualan di tangerang tepatnya di deket st.tangerang di bawah pohon asem hanya dengan gerobak yg di dorong dari perum sampai tangerang, dan pasang tenda disana. buka hanya sore hingga malam saja.
jika kalian masih lihat dimana ada pohon asem, disitulah letak mereka berjualan.
suka duka berjualan dengan gerobak, jalan kaki mendorong gerobak dari perum sampai tangerang, bahkan pernah gerobaknya jatuh dan akhirnya kembali pulang saat hujan2 sangat deras, kisah ini diceritakan oleh om ku, suami dari bulekku yang nomor dua, yang saat itu belom bekerja sebagai editor di media indonesia, pernah membantu simbah supi mendorong gerobak itu.
selain di gusur oleh tibum (kalo sekarang POL PP) tapi sukanya adalah dicari oleh pembeli dari berbagai golongan.
pernah suatu kali gara2 permintaan dokter2 yang makan di kaki lima supaya gudegnya pindah di rumah makan, karena mereka malu makan dipinggir jalan.
akhirnya mbah supi berusaha mencari dan akhirnya menemukan kios di JL. Kebon Jahe Tangerang.
seperti foto ini lah bukti bahwa mereka pernah ada
ada cerita menarik: dengan karyawan yang mencapai 20 orang, dan saat itu sangat ramai, diberikan seragam lah mereka, tapi setelah beberapa saat, mereka tidak mau lagi memakainya. KENAPA?
karena mereka merasa TIDAK ENAK karena setiap kali mereka ke tempat lain, mereka selalu didahulukan. tidak perlu mengantri!!! dasyat bukannn ..
bahkan sampai terkenalnya, bapak bupati yang mejabat saat itu, tetap harus mengantri pada saat jam makan siang...ngomongin harga saat itu, yang bisa diingat oleh ibu aku yaitu anak pertama
gudeg seporsi saat itu Rp. 300,-
Tongseng Kambing Rp. 1.200,-
Gulai Kambing Rp. 1.000,-
yang aku inget, gulai kambing saat itu lengkap banget, ada jeroan, ada otak kambing, dan kami cucunya pasti ke warung untuk bermain. hahahaha....
dunia itu sempit: pernah suatu kali, gw masuk ke lab.komputer di Univ. sadhar Jogja Fak.Ekonomi, gw ngobrol ngalor ngidul sama operatornya, ternyata dia pernah kerja di tangerang, dan dia kasih tau gw kalo disana ada gudeg jogja enak banget, dan dia kasi tau lokasinya, ternyata..itu adalah gudeg simbah gw..hahaha..dunia emang sempit, dan gw kasih tau kalo disana warungnya udah digusur. dan pindah ke jl.kisamaun.
jadi hanya tinggal 1 warung yang masih berdiri hingga tahun 2016. sampai pada akhirnya kontrakan tidak boleh diperpanjang lagi oleh ahli waris pemilik warung itu.
ok begitu ceritanya, kalo panjang kali lebar nanti kalian bosen bacanya, sekilas ajalah. terima kasih, ikutin cerita lainnya.
pertamanya mbah supi membuka warung makan di kantin PT. Guna Jaya (pabrik goni) selain gudeg juga sayur mayur lainnya. selama kurang lebih 5 tahun. Masa-masa itu, mungkin masih banyak saat ini, karyawan2 banyak yang berhutang di warung, karena tidak ada kerjasama antara pihak perusahaan dan para pengusaha kantin. sehingga tidak menghasilkan atau tidak mendapatkan keuntungan berjualan di kantin tersebut.penampakannya seperti ini :
*maaf ini foto memang sudah sangat laaammmaaaa,
Tahun 1980, Perumnas dibangun, akhirnya mereka pindah tepatnya di Jl. sawo 4 No. 117 Perumnas 1 Tangerang. saat itu sawo raya belom dibangun, sehingga dapur tampak dari sawo raya.
simbah berjualan di pasar bayem saat itu tetapi pembeli banyak yang membeli langsung dari dapur di jalan sawo. menarik bukan? mirip dengan gudeg pawon yang di jogja dan sangat2 terkenal.
jika ada pesanan dikerjakan dirumah |
entah bagaimana ceritanya, akhirnya mbah supi dan karyawan serta anak2 bekerja membantu berjualan di tangerang tepatnya di deket st.tangerang di bawah pohon asem hanya dengan gerobak yg di dorong dari perum sampai tangerang, dan pasang tenda disana. buka hanya sore hingga malam saja.
jika kalian masih lihat dimana ada pohon asem, disitulah letak mereka berjualan.
suka duka berjualan dengan gerobak, jalan kaki mendorong gerobak dari perum sampai tangerang, bahkan pernah gerobaknya jatuh dan akhirnya kembali pulang saat hujan2 sangat deras, kisah ini diceritakan oleh om ku, suami dari bulekku yang nomor dua, yang saat itu belom bekerja sebagai editor di media indonesia, pernah membantu simbah supi mendorong gerobak itu.
selain di gusur oleh tibum (kalo sekarang POL PP) tapi sukanya adalah dicari oleh pembeli dari berbagai golongan.
pernah suatu kali gara2 permintaan dokter2 yang makan di kaki lima supaya gudegnya pindah di rumah makan, karena mereka malu makan dipinggir jalan.
akhirnya mbah supi berusaha mencari dan akhirnya menemukan kios di JL. Kebon Jahe Tangerang.
seperti foto ini lah bukti bahwa mereka pernah ada
karyawan saat itu ada 20 orang |
karena mereka merasa TIDAK ENAK karena setiap kali mereka ke tempat lain, mereka selalu didahulukan. tidak perlu mengantri!!! dasyat bukannn ..
anak ke#2: yang pake baju putih |
ini namanya mbah pong, adik dari mbah ngatidjan, saat ini dia membuka soto dan kupat tahu di pasar wage klenggotan Jl. Raya Wonosari-Jogjya Kaliopak.
|
bahkan sampai terkenalnya, bapak bupati yang mejabat saat itu, tetap harus mengantri pada saat jam makan siang...ngomongin harga saat itu, yang bisa diingat oleh ibu aku yaitu anak pertama
gudeg seporsi saat itu Rp. 300,-
Tongseng Kambing Rp. 1.200,-
Gulai Kambing Rp. 1.000,-
yang aku inget, gulai kambing saat itu lengkap banget, ada jeroan, ada otak kambing, dan kami cucunya pasti ke warung untuk bermain. hahahaha....
dunia itu sempit: pernah suatu kali, gw masuk ke lab.komputer di Univ. sadhar Jogja Fak.Ekonomi, gw ngobrol ngalor ngidul sama operatornya, ternyata dia pernah kerja di tangerang, dan dia kasih tau gw kalo disana ada gudeg jogja enak banget, dan dia kasi tau lokasinya, ternyata..itu adalah gudeg simbah gw..hahaha..dunia emang sempit, dan gw kasih tau kalo disana warungnya udah digusur. dan pindah ke jl.kisamaun.
jadi hanya tinggal 1 warung yang masih berdiri hingga tahun 2016. sampai pada akhirnya kontrakan tidak boleh diperpanjang lagi oleh ahli waris pemilik warung itu.
ok begitu ceritanya, kalo panjang kali lebar nanti kalian bosen bacanya, sekilas ajalah. terima kasih, ikutin cerita lainnya.
Komentar
Posting Komentar